Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:1-5)

Minggu, 19 Agustus 2012

MUNGKINKAH IKAN MENGULUM MATA UANG EMPAT DIRHAM?


Matius 17:24-27


24           Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum

              datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus

              dan berkata:

                                "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?"

25           Jawabnya:

                                "Memang membayar."

              Dan ketika Petrus masuk rumah,

              Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan:

                                "Apakah pendapatmu, Simon?

                                Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak?

                                Dari rakyatnya atau dari orang asing?"

26           Jawab Petrus:

                                "Dari orang asing!"

              Maka kata Yesus kepadanya:

                                "Jadi bebaslah rakyatnya.

27                            Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka,

                                pergilah memancing ke danau.

                                Dan ikan pertama yang kaupancing,

                                tangkaplah

                                dan bukalah mulutnya,

                                maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya.

                                Ambillah itu

                                dan bayarkanlah kepada mereka,

                                bagi-Ku dan bagimu juga."


Jesus and the Temple Tax


24      When they came to Capernaum,

          the collectors of the half-shekel tax went up to Peter and said,

                   "Does not your teacher pay the tax?"

25      He said,

                   "Yes."

          And when he came home,

          Jesus spoke to him first, saying,

                   "What do you think, Simon?

                   From whom do kings of the earth take toll or tribute?

                   From their sons or from others?"

26      And when he said,

                   "From others,"

          Jesus said to him,

                   "Then the sons are free.

27                However, not to give offense to them,

                   go to the sea and cast a hook,

                   and take the first fish that comes up,

                   and when you open its mouth you will find a shekel;

                   take that and give it to them

                   for me and for yourself."


in Latinae


24        Et cum venissent Capharnaum,

             accesserunt, qui didrachma accipiebant, ad Petrum

            et dixerunt:

                        " Magister vester non solvit didrachma? ".

25        Ait:      " Etiam".

            Et cum intrasset domum,

            praevenit eum Iesus dicens:

                        " Quid tibi videtur, Simon?

                        Reges terrae a quibus accipiunt tributum vel censum?

                        A filiis suis an ab alienis? ".

26        Cum autem ille dixisset:

                         " Ab alienis ",

            dixit illi Iesus:

                        " Ergo liberi sunt filii.

27                    Ut autem non scandalizemus eos,

                        vade ad mare et mitte hamum;

                        et eum piscem, qui primus ascenderit, tolle;

                        et, aperto ore, eius invenies staterem.
                        Illum sumens, da eis

                        pro me et te ".

Dalam Matius 17:24-27 dikisahkan Yesus menyuruh Petrus pergi memancing ikan, dan dari mulut ikan pertama yang tertangkap ternyata terdapat mata uang empat dirham. Mata uang empat dirham itu kemudian dibayarkan kepada pemungut pajak Bait Allah bagi Yesus dan bagi Petrus sendiri. Nah, yang seringkali menjadi persoalan apakah mungkin seekor ikan mengulum mata uang empat dirham? Apakah kisah tersebut mau mengungkapkan kemahakuasaan Yesus dalam membuat mukjizat? Apakah kisah tersebut mau menampilkan kemahatahuan Yesus? Jika tidak, apakah maksud Matius menulis kisah tersebut? Mari kita mencoba memahami duduk perkara agar menjadi jelas maksudnya.


Kisah ini terjadi setelah Yesus selesai melakukan beberapa pelayanan publik di Galilea dan mulai mengarahkan sebagian besar perhatian-Nya kepada kedua belas murid karena sebentar lagi mereka akan mengalami peristiwa yang amat menggoncangkan. Yesus mengumumkan untuk kedua kalinya tentang sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (Mat 17:22-23), hampir sama dengan pengumuman pertama kalinya (Mat 16:21-22). Yesus merasa perlu mengulang perkataan-Nya ini, untuk menghapus gagasan “monarki duniawi” yang terbenam dalam benak murid-murid-Nya sekaligus meyakinkan mereka bahwa ini sudah diprediksi sebelumnya dan merupakan bagian dari rencana-Nya. Tentunya hati para murid pun sedih sekali. Shock-nya mungkin tidak sehebat pada waktu pengumuman pertama, tapi kesedihannya tidak berkurang bahkan bertambah manakala perkataan pahit ini makin masuk ke dalam jiwa mereka menyebabkan gelombang kesedihan yang lebih besar. Apalagi setelah pengalaman Petrus sebelumnya, mereka tidak berani lagi mencoba mengoreksi dan membujuk Sang Guru.

Ketika Petrus masih bersedih karena pemberitahuan Yesus tersebut, seseorang kepadanya tentang apakah Yesus tidak membayar pajak Bait Allah sebesar 2 dirham. Perlu diketahui bahwa pada zaman Yesus, Hukum Taurat (bdk Kel 30:13;38:26) mewajibkan setiap orang Yahudi yang berusia 20 tahun ke atas wajib membayar pajak Bait Allah setahun sekali sebesar setengah syikel yang sama nilainya dengan 2 dirham. Pajak ini (bdk Kel 30: 11-16, 2Taw 24:6) ditujukan untuk pemeliharaan Bait Allah di Yerusalem dan kurban-kurban yang dipersembahkan di sana. Tetapi, Petrus buru-buru membela Yesus dengan mengatakan bahwa Yesus akan membayar pajak tersebut dan membicarakan masalah ini dengan-Nya di dalam rumah. Ketika mereka sudah masuk rumah, sebelum Petrus memulai pembicaraan, Yesus sudah mendahuluinya untuk bertanya jawab soal pajak itu.

Dalam bertanya jawab mengenai pajak tersebut Yesus memakai perumpamaan mengenai seorang raja yang memungut pajak hanya dari orang asing saja, sedangkan rakyatnya bebas pajak. Demikian juga, bila Hukum Taurat memang mengharuskan dan memiliki wibawa untuk pajak Bait Allah maka orang yang diminta membayar pajak itu diperlakukan bukan sebagai rakyat sendiri tetapi sebagai orang asing. Dengan perumpamaan ini, Yesus mau menafsirkan Hukum Taurat tersebut dalam situasi serta zaman-Nya, bukan zaman lainnya. Pada zaman-Nya, fungsi Bait Allah sendiri sudah mengalami kemerosotan : bukan lagi sebagai rumah doa melainkan “sarang penyamun” (Mrk 11:17; Mat 21:13; Luk 19:46) dan tempat berbisnis (Yoh 2:16). Secara tidak langsung Yesus mau membuka mata Petrus, dan tentunya pembaca Injil Matius, bahwa kini pajak Bait Allah tidak memperlakukan orang Yahudi sebagai umat atau dengan kata lain kini para penguasa masyarakat Yahudi tidak memperlakukan orang Yahudi sebagai rakyat. Dengan demikian, secara tidak langsung Yesus sebenarnya mau menyampaikan kritik terhadap penguasa Yahudi pada waktu itu agar mereka memperlakukan rakyat dengan benar, dan juga memperlakukan Bait Allah sesuai fungsinya yang benar.

Tetapi mengapa Yesus tidak mengajak Petrus untuk memboikot membayar pajak Bait Allah? Supaya tidak menjadi batu sandungan. Artinya, Yesus menawarkan sikap berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang Yahudi dengan gagasan kebenaran tersebut. Ada cara yang arif untuk menyampaikan kebenaran tersebut. Oleh karena itu,  setelah “mengkhobahi” Petrus, Yesus menyuruhnya memancing ikan di danau dan ikan pertama yang akan didapat Petrus akan mengulum mata uang empat dirham.

Dalam teks asli Mat 17:27 sebetulnya disebutkan bahwa Petrus akan menemukan satu stater. Stater adalah mata uang logam Romawi yang berlaku pada masa itu yang sama nilainya dengan satu mata uang Yunani tetradrachma atau “empat dirham” dari masa Yunani di Siria Palestina. Rupanya meski wilayah tersebut telah dikuasai Romawi, tetradrachma masih dipakai sebagai alat pembayaran maupun sebagai sebutan untuk mata uang stater, dan sebaliknya, mata uang tetradrachma kerap juga disebut sebagai stater. Menjadi jelas, kemungkinan besar yang dikulum ikan tersebut hanya satu keping mata uang, yaitu stater atau tetradrachma yang bernilai mata uang 4 dirham. Jadi, dalam terjemahan bahasa Indonesia, jangan dibayangkan ada empat keping mata uang dalam mulut ikan yang dipancing Petrus. Boro-boro mengulum 4 keping mata uang, mengulum satu keping saja sudah luar biasa bagi seekor ikan. Nah, pada waktu itu mata uang stater atau tetradrachma sama nilainya dengan satuan mata uang Yahudi, 1 syikel. Artinya dengan mata uang 1 stater (senilai 4 dirham) tersebut cukup untuk membayar pajak Bait Allah untuk dua orang, yaitu Yesus dan Petrus.

Setelah uraian singkat ini, menjadi jelas bahwa persoalan utama dalam kisah ini adalah tafsir Yesus akan Hukum Taurat mengenai pembayaran pajak Bait Allah seperti termaktub dalam Kel 30:13. Sebagai konsekuensinya, kisah tidak berpusat pada penemuan ikan mengulum mata uang. Kalau begitu silahkan saja anda membayangkan apakah mungkin ikan tersebut bisa mengulum mata uang menurut imajinasi Anda karena kisah ini memang seharusnya tidak dipahami sebagai kisah mukjizat.

Pesan Iman
Berbeda dengan pajak Bait Allah yang bersifat penghormatan (tribute) terhadap Bait Allah sekaligus penebus dosa (atonement), Yesus di sini mau menyatakan bahwa Dia sebenarnya BEBAS dari pajak Bait Allah karena Dia tidak berdosa dan Dia adalah Putra Allah, sama seperti perumpamaan yang dibahas-Nya bersama Petrus bahwa anak raja duniawi dibebaskan dari pajak kerajaan oleh bapanya (Terjemahan bahasa Inggris menggunakan istilah anak, sedangkan terjemahan bahasa Indonesia menggunakan rakyat, tapi intinya kurang lebih sama). Tapi Yesus tidak mau masalah membayar pajak ini menjadi batu sandungan baik bagi murid-murid-Nya atau pun orang-orang yang mau datang kepada-Nya. Karena menurut kepercayaan Yahudi pada saat itu, selayaknya seorang Mesias harus taat pada hukum-hukum Yahudi. Jadi kalau Yesus ketahuan tidak bayar pajak, maka ini akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang mau datang kepadaNya, selain tentunya bisa memicu keributan.

Satu hal yang bisa direnungkan : Apakah kita masih keras kepala (secara iman) sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain yang mau mengenal Kristus? Misalnya ngotot tidak mau datang ke acara-acara tradisi keluarga (Cina, Sunda, Jawa, Batak dll) sehingga keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap Kristen? Padahal Yesus mengajarkan untuk mengalah demi tujuan utama yang lebih penting, yaitu keselamatan bagi semua.

Cara Yesus membayar pajak melalui perantaraan ikan justru makin menguatkan pernyataan bahwa Dia selayaknya BEBAS pajak, karena terbukti Dia berkuasa atas alam dan isinya, Dialah Putra Allah. Sekilas terkesan, bahwa cara yang dilakukan Yesus hanya untuk kepentingan pribadi-Nya. Padahal kalau disimak lebih lanjut, ada hal yang penting di sini, bahwa Yesus juga membayar pajak penebusan dosa untuk Petrus, bukan hanya untuk pajak-Nya sendiri. Dan sebentar lagi di Yerusalem, Dia akan membayar pajak penebusan dosa (atonement) untuk kita semua, dengan harga yang sangat mahal!


ditulis oleh Peter Suriadi