Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:1-5)

Senin, 11 Juli 2011

BENIH YANG BERHASIL DAN LALANG YANG MANDUL

Matius 13:24-43




24           Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,

                kata-Nya:
                                 "Hal Kerajaan Sorga itu
                                seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.
25                           Tetapi pada waktu semua orang tidur,
                                datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu,
                                lalu pergi.
26                           Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir,
                                nampak jugalah lalang itu.
27                           Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya
                                dan berkata:
                                Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan?
                                Dari manakah lalang itu?
28                           Jawab tuan itu:
                                Seorang musuh yang melakukannya.
                                Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya:
                                Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?
29                           Tetapi ia berkata:
                                Jangan,
                                sebab mungkin gandum itu ikut tercabut 
                                pada waktu kamu mencabut lalang itu.
30                           Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.
                                Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai:
                                Kumpulkanlah dahulu lalang itu
                                dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar;
                                kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
31           Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,
                kata-Nya:
                                "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi,
                                yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
32                           Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih,
                                tetapi apabila sudah tumbuh,
                                sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain,
                                bahkan menjadi pohon,
                                sehingga burung-burung di udara datang 
                                bersarang pada cabang-cabangnya."
33           Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka:
                                "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi
                                yang diambil seorang perempuan
                                dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
                                sampai khamir seluruhnya."
34           Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan,
                dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka,
35           supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi:
                                "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
                                Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."
36           Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu,
                lalu pulang.
                Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya:
                                "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
37           Ia menjawab,
                kata-Nya:
                                "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;
38                           ladang ialah dunia.
                                Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan
                                dan lalang anak-anak si jahat.
39                           Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis.
                                Waktu menuai ialah akhir zaman
                                dan para penuai itu malaikat.
40                           Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api,
                                demikian juga pada akhir zaman.
41                           Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya
                                dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan
                                dan semua orang yang melakukan kejahatan 
                                dari dalam Kerajaan-Nya.
42                           Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api;
                                di sanalah akan terdapat ratapan
                                dan kertakan gigi.
43                           Pada waktu itulah orang-orang benar
                                akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka.
                                Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"


Rekan-rekan yang budiman!
Petikan yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI A tahun ini memuat tiga perumpamaan mengenai Kerajaan Surga: lalang dan gandum (Mat 13:24-30); sesawi (13:31-32), dan ragi (13:33-35) diikuti dengan penjelasan Yesus mengenai perumpamaan yang pertama khusus bagi murid-muridnya (13:36-43). Rangkaian seperti ini juga terdapat dalam petikan Minggu lalu (Mat:1-23), yakni perumpamaan mengenai penabur serta penjelasannya kepada murid-muridnya. Di situ diperlihatkan betapa rapuhnya benih Kerajaan Surga. Oleh karenanya perlu ada tanah yang cocok  serta penggarapan yang sungguh agar dapat bertumbuh dan berbuah. Petikan hari ini memperlihatkan sisi-sisi lain. Lalang yang tumbuh bersama dengan gandum menggarisbawahi daya-daya gelap tidak sertamerta tersingkir dari kehidupan orang beriman. Kerajaan Surga juga seumpama sesawi dan ragi. Walaupun pada awalnya kecil dan sedikit, nanti bila tumbuh dan berkembang akan menaungi dan merasuki banyak orang. Para pendengar diajak menarik hikmat dari perumpamaan-perumpamaan itu untuk membaca kembali iman dalam mengikuti Yesus.

DI  ANTARA KEKUATAN-KEKUATAN GELAP
Perumpamaan mengenai benih lalang yang ditaburkan musuh di ladang gandum menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan gelap masih tetap membayangi orang-orang yang sudah mau menerima kehadiran ilahi. Sekaligus ditegaskan bahwa keadaan ini nanti akan berakhir. Satu saat yang gelap akan dipisahkan dari yang terang.

Dalam perumpamaan ini diceritakan satu saat para penggarap ladang ("hamba-hamba") melapor kepada pemilik bahwa ada lalang tumbuh di situ padahal sang pemilik kan hanya menabur benih baik, yakni benih gandum. Pendengar sebelumnya sudah mendengar bahwa pada malam hari seorang musuh menyebarkan bibit lalang, namun para penggarap belum tahu. Yang empunya ladang tetap tenang. Ia sadar apa yang terjadi dan memberitahu para penggarap bahwa ada lawan yang menabur lalang di situ. Para penggarap ladang mau segera mencabuti lalangnya. Dan memang biasanya ladang sering disiangi dan dibersihkan dari tetumbuhan lain. Tetapi dalam perumpamaan ini pemilik mencegah. Aneh! Sikap pemilik itu bukan seperti yang biasa terjadi.

Pendengar yang tahu seluk beluk penggarapan ladang juga segera merasa ada yang tak wajar. Lalang biasanya segera dicabuti, juga bila tumbuh lagi. Semakin aneh lagi, alasannya ialah agar gandum tak ikut tercabut. Mana mungkin! Para penggarap kan tahu betul mana lalang dan mana gandum. Kadang-kadang terdengar tafsiran bahwa jenis lalang yang dibicarakan di sini boleh jadi amat mirip dengan gandum sehingga resiko yang diungkapkan pemilik tadi jadi lebih masuk akal. Namun penjelasan seperti ini sebetulnya dicari-cari dan malah memiskinkan perumpamaan tadi. Dalam perumpamaan wajar ada hal yang mengusik dan tak langsung terasa klop. Justru unsur itulah yang dapat membuat orang berpikir lebih lanjut. Oleh karena itu lebih baik kita biarkan saja keanehan pemilik ladang tadi. Ia melarang para penggarap ladang itu melakukan pembersihan. Tentu para penggarap akan bertanya-tanya terus. Pendengar akan dapat ikut menikmati ajaran perumpamaan ini bila bersedia membiarkan keanehan tadi.

Kekuatan jahat memang terasa mengancam. Dan tidak dapat disangkal adanya. Yang bisa dilakukan ialah belajar mengenali gerak geriknya. Manusia kiranya juga tak bakal mampu meniadakannya dengan kekuatan sendiri. Nanti akan dijelaskan kepada para murid bahwa lalang ialah orang-orang yang memihak yang jahat. Mereka itu disemai oleh Iblis sendiri. Iblis juga pernah menggoda Yesus tanpa hasil, dan kini Yesus mengajar murid-muridnya agar tahu cara-cara yang dipakai Iblis mengeruhkan keadaan. Para murid dapat belajar menjadi semakin mampu juga membedakan yang baik dari buruk.

ADA AKHIRNYA, NAMUN OLEH SIAPA?
Pemilik ladang berkata, biarkan lalang dan gandum terus tumbuh sampai panenan. Baru saat itu ia sendiri akan menyuruh para penuai - bukan penggarap yang tadi datang melaporkan adanya lalang - untuk memisahkan lalang dari gandum. Dalam penjelasannya nanti, Yesus mengatakan bahwa para penuai itu ialah malaikat (ayat 39). Dengan kata lain, kekuatan dari langit sendirilah yang akan membasmi yang jahat. Bukan penggarap yang ada di dunia.

Yang terjadi pada musim panen pada akhir zaman dapat menerangkan mengapa pemilik membiarkan lalang tumbuh dan malah melarang penggarap mencabutinya. Pemilik yang tadi menaburkan benih baik tetap tampil sebagai tokoh berwibawa dan tahu apa yang bakal dilakukannya. Ladangnya tak bakal rusak. Panenannya pasti. Ia tidak tergoda bereaksi sesaat meskipun mendapat laporan ada lalang tumbuh di sela-sela gandum. Ia tahu ada pengganggu. Dan ia mengajak para penggarap mengenali gerak gerik musuh pengganggu dan tidak terjerumus ikut bermain dengannya tanpa sadar.

Siapakah tokoh itu? Dalam penjelasan kepada para murid, diterangkan bahwa pemilik yang menaburkan benih baik itu ialah Anak Manusia. Ungkapan ini menunjuk kepada diri Yesus sendiri sebagai dia yang telah mendapat kuasa ilahi sepenuhnya untuk mengurus jagat ini. Boleh kita ingat kembali sosok serupa Anak Manusia dalam penglihatan Dan 7:13-14 yang datang ke hadapan Yang Mahatinggi ("Yang Lanjut Usia") untuk menerima kekuasaan dan kemuliaan yang kekal dan "kerajaannya ialah kerajaan yang tak akan musnah". Para murid akan langsung menangkap rujukan kepada tokoh dalam Kitab Daniel ini. Yesus yang mereka ikuti itulah Anak Manusia ini! Untuk apa waswas? Lalang tak lagi berarti apa-apa baginya. Di hadapan tokoh seperti ini kenyataan yang jahat macam apa pun tak lagi bisa menggoncang. Tak perlu berusaha menyiangi lalang menyingkirkan keburukan. Serahkan padanya! Lebih bijaksana berupaya menyadari diri sebagai benih baik dan tumbuh sebaik-baiknya sampai bisa dituai hasilnya. Dalam penjelasan nanti, benih ini disebut "anak-anak Kerajaan", artinya orang-orang yang hidup dalam naungan kuasa Anak Manusia menurut Kitab Daniel tadi. Kerajaannya tak bakal musnah. Para murid  boleh merasa tenteram meski hidup di sela-sela lalang, yakni "anak-anak si jahat" yang berasal dari Iblis sendiri. Orang tak diminta memandang diri sebagai yang ditugasi memerangi yang jahat. Yang akan mengakhiri yang jahat itu kekuatan dari atas sana. Orang hanya diminta semakin menjadi diri sendiri: benih yang baik, menjadi anak-anak kerajaan.

Mereka juga disebut orang-orang benar yang akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka (ayat 43). Inilah hidup orang yang mau mengikuti dan memihak pada Anak Manusia. Pusat perhatian bukan pada mencabuti lalang kegelapan, tetapi pada tindakan ikut mengujudkan karya Anak Manusia sendiri. Inilah panggilan para murid. Inilah yang hendak diajarkan kepada orang banyak juga. Inilah spiritualitas budi jernih, bukan sikap rohani yang mau memerangi apa-apa yang dirasa tak beres.

SESAWI DAN RAGI SAJA BEGITU, APALAGI KERAJAAN SURGA!
Kerajaan Surga juga diumpamakan dengan biji sesawi yang meskipun terkecil dari antara biji-bijian (ayat 32) bisa menjadi pohon yang rindang. Jalan pikirannya begini. Bila biji sekecil itu saja bisa tumbuh besar menjadi pohon yang menaungi burung-burung, apalagi benih Kerajaan Surga, pasti dapat tumbuh menaungi siapa saja. Ini penyampaian dengan cara "a fortiori". Begitu pula perumpamaan mengenai ragi yang diambil dan diadukkan ke dalam tepung (ayat 33). Meski tak kelihatan, dayanya segera merasuki ke mana saja, bahkan dapat membuat 40 liter tepung berkembang. Nah, bila ragi saja punya kekuatan seperti itu, apalagi Kerajaan Surga, pasti akan lebih mampu mengembangkan siapa saja yang bersentuhan dengannya sekalipun tak terlihat jelas! Memahami perumpamaan sesawi dan ragi dengan cara ini dapat membuat orang semakin memahami betapa besar dan kuatnya Kerajaan Surga yang diwartakan Yesus.

TETAP BERPIJAK DI BUMI YANG NYATA
Meskipun demikian hidup berdekatan dengan utusan Yang Ilahi sendiri juga tetap perlu mengakui adanya kenyataan yang jahat. Tak bijaksana bila orang berupaya meniadakan yang jahat begitu saja dengan kekuatan sendiri. Salah-salah akan terkecoh. Yang bisa dijalankan ialah membawakan perkara ke pemilik. Dia akan menanggapinya dengan bijaksana. Dan boleh kita belajar dari dia. Perjalanan yang semakin memisahkan yang baik dari yang buruk sudah mulai dan akan berakhir. Tetapi yang melaksanakan pemisahan ialah Anak Manusia. Dia yang telah mendapat kuasa ilahi itu akan datang dengan kekuatan-kekuatan surgawi. Tugas orang benar? Ya hidup sebagai orang benar, tumbuh sebagai benih baik dan tidak berubah rupa jadi lalang dan mandul seperti mereka! Itulah kekuatan Kerajaan Surga yang tumbuh seumpama sesawi dan yang menjadi ragi bagi dunia.

Salam hangat,
A. Gianto

Ditulis oleh Romo Agustinus Gianto, SJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar