Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:1-5)

Jumat, 18 Maret 2011

Hal Kekuatiran

Matius 6 : 24 - 34


24           Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan.
                Karena jika demikian,
                ia akan membenci yang seorang
                dan mengasihi yang lain,
                atau ia akan setia kepada yang seorang
                dan tidak mengindahkan yang lain.
                Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah
                dan kepada Mamon."
25           "Karena itu Aku berkata kepadamu:
                Janganlah kuatir akan hidupmu,
                akan apa yang hendak kamu makan atau minum,
                dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu,
                akan apa yang hendak kamu pakai.
                Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan
                dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
26           Pandanglah burung-burung di langit,
                yang tidak menabur
                dan tidak menuai
                dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
                namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
                Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
27           Siapakah di antara kamu
                yang karena kekuatirannya
                dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
28           Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
                Perhatikanlah bunga bakung di ladang,
                yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
29           namun Aku berkata kepadamu:
                Salomo dalam segala kemegahannya pun
                 tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
30           Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang,
                yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,
                tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu,
                hai orang yang kurang percaya?
31           Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata:
                Apakah yang akan kami makan?
                Apakah yang akan kami minum?
                Apakah yang akan kami pakai?
32           Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
                Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu,
                bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33           Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah
                dan kebenarannya,
                maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34           Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok,
                karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
                Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."


Jangan risaukan apa yang akan datang

Dalam bacaan Injil kali ini, setelah mengajak para murid memeriksa siapa sebenarnya yang mereka junjung, Tuhan Allah atau harta kekayaan "mamon" (Mat 6:24), Yesus menegaskan tak perlulah orang merisaukan apa yang bakal mereka makan dan minum, pakaian apa yang dapat disandang - kan dalam hidup ini ada hal yang lebih penting (ay. 25). Diberikan pula lima penjelasan mengapa kerisauan itu tak perlu adanya - serahkan saja pada Tuhan semuanya: Tuhan memberi makan burung-burung - apalagi kepada manusia (ay. 26). Juga tak usah ributkan hidup panjang (ay. 27). Bunga-bunga saja dibuat Tuhan tampil menarik, tak perlu khawatirkan mau pakai pakaian apa agar menarik (ay. 28-30). Bapa di surga tahu apa yang dibutuhkan manusia (ay. 31-32). Maka tak usah risaukan apa yang bakal datang, puaslah dengan yang diperoleh hari ini - di situlah Kerajaan Allah dan kehendakNya! (ay. 33).

Mendengarkan Mat 6:24-34 tidak mudah. Apa kiita diajar agar tak usah memikirkan masa depan dan membiarkan diri dipelihara Tuhan. Ya memang begitu. Tapi dapatkah itu terjadi dalam dunia nyata? Dalam hidup sehari-hari? Kais pagi makan pagi dan kais petang makan petang? Seperti masyarakat yang masih hidup berpindah-pindah berhuma, ambil apa yang disediakan alam? Menyandarkan diri pada bantuan dari luar? Apa Injil mengajarkan hidup ekonomi parasit? Dan pastur mesti mengkhotbahkannya? Bagaimana bila nanti di kantong kolekte bukannya ditemukan lembaran uang kertas, tapi secarik kertas dengan rujukan ke Injil hari Minggu ini?

TAK PERLU KHAWATIR?

Manusia itu makhluk berekonomi, yang hidupnya bisa berlangsung bila ditata, diatur agar bisa mendapatkan yang dibutuhkan dan dengan demikian hidupnya itu terasa berharga, berhasil, patut dikembangkan terus Dalam masyarakat tertentu memang orang tak perlu khawatir akan masa depan karena masyarakat menjamin hidup dari hari ke hari. Alam pun bisa menjamin. Namun bukan inilah yang ditampilkan Injil kali ini. Bukan pula yang diajarkan Yesus. Kepasrahan kepada Bapa di surga tidak melepaskan tugas mengurus hidup ekonomi rumah tangga. Bila mengajarkan kemalasan mengurus kehidupan maka Injil tak bisa lagi dipercaya. Hanya seperangkat ucapan suci tanpa arti. Dan pelayan umat janganlah memerosotkan Injil ke situ.

Zaman sekarang di masyarakat modern mau tak mau orang perlu merencanakan masa depan. Nah di sini persoalannya. Ada hidup dan masa depan dirancang dan dikejar berdasarkan pada kekhawatiran, dengan perhitungan bakal serba kekurangan. Maka simpanlah sebanyak-banyaknya, pakailah sesedikit mungkin. Ini hidup kikir. Penimbun yang hidupnya merana dan membuat orang-orang sekitarnya merana pula. Gaya hidup ini sebenarnya tidak memberi peluang pada Tuhan untuk memperhatikan manusia. Semuanya diurus sendiri. Tak ada lagi dimensi dari Tuhan dalam hidup. Ini keliru.

Ini juga sebenarnya yang dimaksud dalam Injil ketika menyindir bahwa orang tak bisa mengabdi pada dua tuan, Tuhan Allah dan kekayaan atau "mamon" (Mat 6:24). Dalam keadaan ini orang memang masih mengakui kebesaran Tuhan Allah, tapi pada saat yang sama tidak memberi ruang bagiNya karena semua diurus sendiri. Keagamaan seperti ini sulit berkembang.

Tetapi ada pula hidup yang ditata baik-baik dengan perhitungan agar bisa mencapai yang diinginkan tanpa kekhawatiran yang mencekik. Ini yang membuat hidup berarti. Ini juga yang memungkinkan orang percaya bahwa dari hari ke hari ada kesempatan untuk hidup terus. Inilah yang menjadi dasar pernyataan dalam Mat 6:34. "Janganlah kamu khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Bisa diingat salah satu permintaan yang disampaikan dalam doa yang diajarkan Yesus, "...Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat 6:11, rumusan dalam doa Bapa kami ialah "Berilah kami rezeki pada hari ini.")

CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH...

TANYA  : Mau tanya apa yang dimaksud dengan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan

                 kehendakNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu"  dalam 
                 Mat 6:33.

JAWAB: Akan jelas bila dihubungkan dengan Mat 6:24 yang mengatakan orang tak 

                bisa mengabdi pada dua tuan, Allah dan Mamon (=kekayaan). Kerajaan 
                Allah dan kehendakNya itu kekayaan batin. Inilah yang dianjurkan agar 
                diabdi. Bila begitu yang lain - "mamon" dan harta - akan menjadi penunjang, 
                bukan saingan.

TANYA: Jadi bukan dimaksud agar orang menyingkir dari upaya memenuhi 

               kebutuhan jasmani, cari makan, nafkah dan menyimpan bagi masa 
               depan?

JAWAB: Betul. Yang diajarkan ialah memberi ruang pada hidup batin, membangun 

                Kerajaan Allah dalam kehidupan ini.

TANYA: Jadi bukan ajaran bahwa Kerajaan Allah itu berlawanan dengan kehidupan 

               ekonomi sehat di bumi ini. Apa urusan mendahulukan Kerajaan Allah itu 
               nanti tidak malah menjurus ke arah omong-omong suci yang sebetulnya 
               bohong sedangkan yang sebenarnya dijadikan pegangan ialah yang 
               diam-diam dijalankan - hidup ekonomi?

JAWAB: Bila dipertentangkan begitu saja maka hidup beragama jadi masalah. 

                Agama dijadikan alternatif kehidupan ekonomi. Ini bisa runyam. Hidup 
                beragama nanti hanya jadi semacam public lies - kebohongan yang 
                diulang-ulang di muka umum, sedangkan yang dilakukan ialah yang 
                diam-diam dipegang sebagai keyakinan pribadi "private truths".

TANYA : Wah, ini eksegese kok seperti analisis sosial. Apa barusan baca 

                bukunya ahli ekonomi terkenal Timur Kuran, "Private Truths, Public 
                Lies: The Social Consequences of Preference Falsification" 
                (Cambridge, Mass: Harvard University Press 1997)?

JAWAB: Buku itu tak bicara soal eksegese, tapi mengenai ekonomi dan agama 

                di Timur Tengah. Perilaku beragama sering bisa dianalisis sebagai basa 
                basi umum belaka,sedangkan yang dipegang ialah keyakinan lain yang
                tak bisa dilaksanakan akibat kuatnya basa basi itu. Ini terjadi dalam 
                masyarakat yang keberagamaannya kurang sehat. Di situ mendahulukan 
                "Kerajaan Allah" tak dimungkinkan terjadi karena tercekik keagamaan 
               sendiri. Menarik bukan? Tapi kita bicarakan analisis ini lain kali saja deh. 
               Masih ngantuk akibat jetlag balik dari mudik.

Salam dari Roma,
A. Gianto

Ditulis oleh Romo Agustinus Gianto, SJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar