Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:1-5)

Jumat, 18 Maret 2011

Yesus dan Hukum Taurat

Matius 5:17-37

17           "Janganlah kamu menyangka,
                bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
                Aku datang bukan untuk meniadakannya,
                melainkan untuk menggenapinya.
18           Karena Aku berkata kepadamu:
                Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
                satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,
                sebelum semuanya terjadi.
19           Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat
                sekalipun yang paling kecil,
                dan mengajarkannya demikian kepada orang lain,
                ia akan menduduki tempat yang paling rendah
                di dalam Kerajaan Sorga;
                tetapi siapa yang melakukan
                dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat,
                ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
20           Maka Aku berkata kepadamu:
                Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar
                dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
                sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
21           Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
                Jangan membunuh;
                siapa yang membunuh harus dihukum.
22           Tetapi Aku berkata kepadamu:
                Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum;
                siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir!
                harus dihadapkan ke Mahkamah Agama
                dan siapa yang berkata: Jahil!
                harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
23           Sebab itu,
                jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah
                dan engkau teringat akan sesuatu
                yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
24           tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu
                dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu,
                lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
25           Segeralah berdamai dengan lawanmu
                selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan,
                supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim
                dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya
                dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
26           Aku berkata kepadamu:
                Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana,
                sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
27           Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
28           Tetapi Aku berkata kepadamu:
                Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
                sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
29           Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau,
                cungkillah dan buanglah itu,
                karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa,
                dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
30           Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau,
                penggallah dan buanglah itu,
                karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa
                dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
31           Telah difirmankan juga:
                Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
32           Tetapi Aku berkata kepadamu:
                Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah,
                ia menjadikan isterinya berzinah;
                dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan,
                ia berbuat zinah.
33           Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
                Jangan bersumpah palsu,
                melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
34           Tetapi Aku berkata kepadamu:
                Janganlah sekali-kali bersumpah,
                baik demi langit,
                karena langit adalah takhta Allah,
35           maupun demi bumi,
                karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya,
                ataupun demi Yerusalem,
                karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
36           janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu,
                karena engkau tidak berkuasa memutihkan
                atau menghitamkan sehelai rambut pun.
37           Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya,
                jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.
                Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.


API NERAKA, ZINAH BATIN, CUKIL MATA, POTONG TANGAN?

Bacaan Injil hari Minggu IV/A (Mat 5:17-37) dan hari Minggu selanjutnya (Mat 5:38-48) mengungkapkan beberapa pokok pengajaran Yesus yang nadanya keras. Juga terdengar keras bagi pendengar yang paham ajaran Taurat. Terdengar beberapa kali Yesus menegaskan, "Kamu telah mendengar yang difirmankan.....,  tetapi aku  berkata kepadamu...." (ay. 21-22.; 27-28; 31-32; 32-33 38-39; 43-44). Seakan-akan hukum Taurat belum cukup. Bahkan diancamkan olehnya api neraka, diungkapkan kecaman mengenai zinah batin, ada anjuran cukil mata, potong tangan segala. Tokoh Yesus di sini amat berbeda dengan gambaran tokoh yang lemah lembut, penuh pengertian, mau membebaskan orang dari kungkungan ajaran hukum belaka. Bagaimana Injil kali ini bisa dijelaskan bagi pendegar lain di zaman lain?

APA ARTI "MENGGENAPKAN " TAURAT?"

Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada 613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Ada dua arah. Pertama ialah berusaha memenuhi yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang dengan seteliti-telitinya. Ini hidup saleh yang dijalankan oleh banyak orang beragama di zaman Yesus. Kehidupan beragama dalam arah ini diukur dengan hukum. Sering orang terpancang pada gagasan apa sudah betul menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Hukum dipandang sebagai hukum. Arah kedua ialah menerima Taurat dan mempercayainya sebagai cara mendengarkan Dia yang bersabda kepada manusia dan mendalami jiwa Taurat. Kedua arah ini bukanlah bertentangan satu sama lain. Boleh dikata, keduanya adalah kutub menjalani Taurat. Satu ketika orang bisa jadi lebih dekat ke yang satu, di lain ketika lebih ke arah yang lain. Inilah dinamika hidup beragama. Inilah yang memperkaya kehidupan beragama.

Yesus mengatakan dirinya datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. Ia menerima kedua kutub itu. "Bukan meniadakan" tentunya bukan mengurungkan Taurat dalam pengertian satu persatu di atas. Ia samasekali tidak menyangkal kesahihan sikap orang menerima Taurat dalam cara itu. Kesalehan ini wajar. Tapi sekaligus ditegaskannya bahwa ia datang untuk memenuhi Taurat. Inilah sisi kedua tadi. Taurat dihayatinya sebagai yang membuatnya dekat pada Dia yang bersabda dengan Taurat. Orang seperti ini menggenapkan Taurat, membuatnya tampil utuh, bukan sebagai himpunan aturan, perintah, larangan belaka. Begitulah maka menjadi lebih jelas yang dimaksud dalam Mat 5:19: "...siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga, tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga."

Kedua arah menghayati Taurat sama-sama membawa orang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun arah yang kedualah yang membuat orang besar di dalamnya. Besar berarti leluasa, tidak ada kesesakan. Kecil dalam Kerajaan Allah lawan dari itu, mudah merasa sesak, kurang merdeka, tidak leluasa. Meniadakan salah satu perintah hukum Taurat berarti menjalankan Taurat sebagai rangkaian hukum, aturan, pengajaran yang dicoba diikuti satu persatu, seperti memenuhi daftar agenda

CONTOH-CONTOH

Yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya ialah menempuh arah kedua, tanpa mengecam arah pertama walaupun mengenali keterbatasan arah pertama tadi. Diberikannya 6 contoh mengenai bagaimana memandang Taurat dalam arah kedua. Berikut ini akan diulas empat contoh pertama yang termasuk bacaan Injil Minggu ini; Minggu berikutnya membicarakan kedua contoh lainnya: contoh kelima (5:38-39) berkisar pada pembalasan. Kel 21:24, Im 24:20 dan Ul 19:21; contoh keenam (5:43-44) membicarakan perintah mengasihi sesama dan membenci musuh dalam Im 19:18.

Marilah diteliti bagaimana contoh-contoh tadi menunjukkan dua arah Taurat. Contoh pertama (5:21-26) menyangkut larangan membunuh yang tertera dalam Kel 20:13 dan juga Ul 5:17. Larangan ini memang penting dan ditujukan untuk melindungi kehidupan. Yesus mengatakan siapa yang marah, mesti dihukum; yang mencaci-maki mesti diadili, siapa yang mengumpat bodoh harus diserahkan ke dalam api neraka. Bagaimana memahami maksudnya? Bukan dengan menaruh yang dikatakan Yesus sebagai aturan yang menambah beratnya Taurat. Yang dikemukakannya ialah hidup baik dengan sesama, menghormati perbedaan yang sering tidak menyenangkan. Inilah yang amat berharga. Menyalahi sesama dalam hal tidak menghormati diungkapkan sebagai yang patut dihukum berat.

Begitu pula dalam contoh kedua (Mat 5:27-30), hendak ditekankan inti larangan berzinah Kel 20:14 dan Ul 5:18 bukanlah semata-mata agar orang menghindari tindakan fisik, melainkan terutama sikap batin menginginkan orang lain jadi tujuan pemuasan nafsu. Memang pengajaran seperti ini tidak lagi dapat dianggap bagian hukum karena menyangkut yang tidak secara tegas-tegas diungkapkan melainkan tafsiran meluaskan cakupannya. Yang dikemukakan bukannya lagi larangannya melainkan apa yang mendasari larangan tadi. Masalah ini disoroti lebih jauh dengan contoh ketiga. Dalam pembicaraan contoh ini ditambahkan, bila menyebabkan dosa, lebih baik mata kanan dicukil mata kanan bila membuat orang berdosa, begitu pula, lebih baik kutungi tangan kanan.

Dalam contoh ketiga (Mat 5:31-32) diulas bagaimana memahami dengan benar prosedur menceraikan istri Ul 24:1-4. Memang dari sisi hukum Taurat, cukup bila dibuat surat cerai dan yang mesti diterima resmi oleh pihak istri. Demikian maka ada perlindungan hukum bagi bekas istri. Namun tak jarang prosedur semacam ini disalahgunakan, misalnya tanpa alasan yang kuat untuk menalak istri, atau alasan sebenarnya yang tidak lurus, misalnya menginginkan menikahi perempuan lain. Atau sekongkol suami-istri untuk bercerai demi alasan-alasan lain. Dalam Taurat ikatan nikah hanya bisa diputuskan bila istri menjalankan zinah. Dalam hal ini ikatan dengan suami sudah lepas, dan suami pun wajib menalak dengan prosedur surat talak tadi. Bila penalakan ini dibuat dengan cara lain, memang sang istri bebas dan bisa menikah lagi. Tetapi tindakan ini menyatakan istrinya pernah zinah - demikian merendahkan martabatnya. Lebih lagi, orang yang menikahinya kemudian akan ikut berzinah karena mengambil perempuan yang sebetulnya tidak dilepas dari ikatan nikah dengan alasan yang benar. Terlihat bagaimana pendengar diajak mengenali inti Taurat, yakni kejujuran terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, dalam hal ini istri atau suami. Persetujuan yang sifatnya sekongkol melawan arah ini.

Dengan contoh keempat (5:32.33) mengenai larangan bersumpah palsu (Im 19.12 dan Ul 23:21) hendak ditekankan agar orang tidak gampang mengucapkan sumpah karena berat bebannya. Lebih sederhana dan lebih baik memegang perkataan, tampil berintegritas. Juga kerap dalam praktek, sumpah dijalankan untuk menipu tapi membuat pihak lain mau tak mau menerima karena sumpah itu mengatasnamakan perkara-perkara keramat.

WARTA?

Petikan yang memuat kata-kata keras ini sebenarnya mengajak orang untuk berpikir mengenai inti pengajaran agama  - bagi orang Yahudi waktu itu ialah kewajiban menjalankan hukum Taurat. Orang diajak melihat lebih dalam yang dimaksudkan Taurat sendiri dan tidak hanya tinggal pada permukaan. Diajarkan bagaimana menemukan Dia yang bersabda di dalam hukum-hukum Taurat, bukan sebaliknya, untuk menjalankan Taurat dan tidak lagi mencari inti keagamaan, yakni mendapati Tuhannya Taurat.

Kata-kata keras Yesus akan diperdengarkan dalam kesempatan peringatan 40 tahun hidup religius dari 8 orang Yesuit di provinsi Indonesia. Tersirat ajakan melihat kembali apakah selama 40 tahun hidup religius tetap mengambang di permukaan atau juga sempat mengenali arah-arah batin. Injil kali ini bukan untuk mengadili atau menilai, melainkan untuk menyegarkan hidup religius. Seperti tampil dalam ulasan di atas, ada dua arah menjalani Taurat: arah luar dan arah dalam. Tidak perlu yang satu dianggap kurang berharga dari yang lain. Bahkan keduanya ada bersama. Kepekaan akan arah-arah inilah yang memungkinkan hidup religius berjalan terus.

Salam hangat,
A. Gianto

Ditulis oleh Romo Agustinus Gianto, SJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar