Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:1-5)

Jumat, 18 Maret 2011

Mata Ganti Mata Gigi Ganti Gigi

Matius 5 : 38 - 48


38           Kamu telah mendengar firman:
                Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
39           Tetapi Aku berkata kepadamu:
                Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
                melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu,
                berilah juga kepadanya pipi kirimu.
40           Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau
                karena mengingini bajumu,
                serahkanlah juga jubahmu.
41           Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
                berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
42           Berilah kepada orang yang meminta kepadamu
                dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
43           Kamu telah mendengar firman:
                Kasihilah sesamamu manusia
                dan bencilah musuhmu.
44           Tetapi Aku berkata kepadamu:
                Kasihilah musuhmu
                dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
45           Karena dengan demikianlah
                kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga,
                yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
                dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
46           Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu,
                apakah upahmu?
                Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47           Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja,
                apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?
                Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
48           Karena itu haruslah kamu sempurna,
                sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."


Injil Minggu Biasa VII/A kali ini, Mat 5:38:48 melanjutkan petikan dari Minggu lalu yang memuat pengajaran keras Yesus melebihi yang umum diajarkan para guru Taurat. Juga kali ini disodorkan dua contoh menghayati Taurat lebih dari sekadar menepati rumusan. Yang pertama Mat 5:38-39 menyangkut pembalasan kekerasan ala "mata ganti mata, gigi ganti gigi" dari ajaran Taurat seperti tercantum dalam Kel 21:24 dan Im 24:20. Yang kedua merujuk pada perintah "mengasihi sesama" sebagaimana didapati dalam Im 19:20. Bagaimana memahami pengajaran kali ini?

ARAH LUAR  DAN ARAH DALAM

Seperti disarankan hari Minggu lalu, Injil Matius rupa-rupanya menggarisbawahi dua cara menghayati Taurat, bagi orang sekarang, dua cara menjalankan kehidupan beragama, yakni menepati yang diperintahkan dan menjauhi larangan; ini arah "luar". Cara kedua lebih menerima Taurat dan berusaha menemukan kehadiran Dia yang bersabda di dalamnya; ini arah "batin". Tak bisa dikatakan yang satu lebih unggul dari yang lain. Memang benar dalam keadaan hidup beragama orang Yahudi pada waktu itu, arah yang kedua bakal menggenapkan penghayatan Taurat. Itulah yang diajarkan Yesus kepada para murid yang berasal dari kalangan Yahudi saleh dan diutarakan kembali dalam petikan Injil Matius kali ini. Dalam kaitan itulah maka jelas maksud Yesus dalam Mat 5:17-18 bahwa ia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya.

Dalam arah inilah dapat didalami makna hukum Taurat mengenai pembalasan terhadap orang yang mencelakakan diri orang lain. Seperti terdapat dalam Mat 5:38, Yesus merujuk pada hukum Taurat yang berbunyi "mata ganti mata  dan gigi ganti gigi". Tentunya acuannya ialah hukum yang termaktub dalam Kel 21:24.  Guna memahaminya, baiklah disimak yang tertulis di situ dalam kaitan dengan konteksnya, yakni ayat 22-25: "Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah orang itu didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya dan ia harus membayarnya menurut keputusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak". Peraturan seperti ini menunjukkan bagaimana Taurat melindungi kehidupan dengan ganti rugi yang setimpal. Sekaligus ditunjukkan betapa nyawa dan kehidupan itu amat dihormati. Jadi hukum Taurat ini sebenarnya mengajarkan bagaimana orang hendaknya menghargai kehidupan orang lain seperti kehidupannya sendiri. Begitulah Taurat. Dan orang-orang yang mendengar perkataan Yesus yang merujuk ke hukum ini tentulah mengerti konteks hukum itu. Dengan latar ini maka akan lebih jelas maksud perkataan mengenai pembalasan. Tekanan utama bukan pada pembalasan melainkan pada menghormati kehidupan.

Pendengar diajak untuk mendalami ajaran agama agar mengenali dasarnya, dalam hal ini apa yang mendasari aturan balas tindak kekerasan seperti dirincikan dalam kutipan kitab Keluaran di atas. Cara Yesus menunjukkan inti hukum itu khas, yakni dengan bahasa "perintah" agar pendengarnya bisa paham. Tetapi yang dituju ialah agar orang mulai memikirkan apa dasar hukum itu. Demikian dikatakan dalam Mat 5:39, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Bahasa hukum, bahasa perintah. Pendengar waktu itu tentu saja menyadari, wibawa pengajaran Yesus tidak setara dengan wibawa Taurat Musa. Kiranya Injil juga tidak bermaksud menunjukkan bahwa Yesus menggantikan Taurat seperti dikatakannya sendiri. Kata-kata itu justru untuk menggenapi Taurat. Seminar spontan berikut ini boleh jadi membantu.

KASIH PIPI KIRI BIAR DITAMPAR JUGA?

Kemarin di sebuah teras sebuah rumah angker di kawasan candi Semarang terjadi bincang-bincang spiritual virtual seperti berikut.

TERSIARIS           : [rada beringas & sinis] Jadi pengikut Yesus mesti memalingkan pipi kiri
                                 sesudah ditampar pipi kanannya? Dus bila gereja dirusak, maka
                                 biarkan sekalian dibakar. Gitu kan?
MATT                   : [senyum] Ah, jangan gitu dong. Tampar kanan kiri itu kan bahasa
                                 didaktik, bahasa pengajaran untuk berpikir mengenai sikap orang
                                 beragama. Mesti ditangkap arah yang sesungguhnya. Yesus kali ini
                                 menunjukkan bahwa kekerasan itu tak berbatas.Memberikan pipi
                                 kiri setelah pipi kanan ditampar itu justru membuat orang melihat
                                 bahwa penghinaan terhadap orang lain bisa berkelanjutan. Orang
                                 diajak melihat hal ini dan menyadari bahwa kekerasan tak bisa
                                 diterima. Jadi mbok ya jangan harfiah tangkapannya.
BIDEL TAKON  : [berkerut dahi] Lha kalau begitu tiga perkataan lain (ayat 40-42) ke
                                sana arahnya? Bila ada orang yang mengklaim baju (maksudnya kan
                                baju dalam), kasih kepadanya jubahmu (maksudnya pakaian luar) -
                                sehingga orang kelihatan berpakaian dalam melulu? Lalu orang yang
                                memaksamu jalan satu mil beri dia dua mil agar ia tahu bahwa
                                permintaannya itu penting dan kau tanggapi lebih? Juga ajaran
                                jangan menolak permintaan pinjam dimaksud agar orang menyadari
                                pentingnya kebutuhan orang lain?
MATT                : [sembari pencet-pencet Blackberry entah BBM ke siapa] Mulai
                               mengerti nih! Iya ke sana arahnya. Perkataan-perkataan Yesus itu
                               ajaran kepada orang Yahudi pada waktu itu untuk mengenali
                               bagaimana mengerti intinya Taurat
SETY                 :  Lha kalau sekarang bagaimana? Kan pendengarnya bukan seperti yang
                             dulu dan bahkan tak semua tahu hukum Taurat?
MATT               : [santai berkomentar] Justru itu perlunya mengerti apa yang dimaksud.
                             Ayat-ayat tentang berikan pipi kiri untuk juga ditampar itu kan untuk
                             menunjukkan kenyataan yang lebih dalam, yakni absurdnya penghinaan
                             terhadap sesama.Warta Injil di situ.
TINI & TONO : [terngiang dari kotbah Tom J.] Kalau begitu bukan barang baru, kita
                            sudah tahu buruknya penghinaan dan kekerasan terhadap orang lain.
MATT              : [sedkit mendelik] Apa Injil diharapkan mengajarkan yang muluk-muluk,
                            yang rahasia-rahasia, yang samasekali baru! Itu bukan Injil dong. Injil
                            itu kabar yang mesti melegakan, yang bikin gembira, bukan yang
                            membebani.Yang bisa universal nilainya. Itu baru perintah baru! Bukan
                            yang di permukaan dan itu itu melulu.

MENGASIHI SESAMA....

Mat 5:43-48 menampilkan Yesus merujuk pada perintah Taurat untuk mengasihi sesama seperti tercermin dalam Im 19:18, yang berbunyi demikian, "Janganlah engkau menuntut balas, janganlah menaruh dendam terhadap orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Perintah itu ditujukan kepada umat Perjanjian Lama dan tujuannya ialah untuk menjaga kedamaian di dalam umat. Peraturan itu menyangkut kehidupan umat dan tidak mengenai orang luar. Yesus merumuskan kembali dengan mengungkapkan implikasinya pada bagian kedua mengenai membenci musuh, "Kamu telah mendengar yang difirmankan: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu." Dengan demikian kasih hanya dibataskan pada golongan sendiri. Ini kiranya belum cukup dan bahkan akan menjadi karikatur apa itu kasih. Semestinyalah mengasihi sesama itu tidak terbatas pada kelompok sendiri. Oleh karena itulah dalam Mat 5:43-48 orang diajak mengusahakan agar perhatian serta kebesaran hati terhadap sesama mencakup siapa saja, bukan hanya kawan sendiri. Mengasihi itu upaya yang tak mengenal batas kelompok, apalagi kelompok agama. Itulah yang kiranya hendak disampaikan. Ini melengkapi kesetiakawanan.

SEMPURNA SEPERTI BAPAMU YANG DI SURGA SEMPURNA ?

Dalam Mat 5:48 Yesus mengimbau pendengarnya agar menjadi sempurna seperti "Bapamu yang ada di surga sempurna". Pernyataan ini menggemakan Im 19:2 yang berisi kata-kata Allah orang Israel kepada Musa begini, "Berbicaralah ke segenap umat Israel dan katakan kepada mereka: kalian jadilah kudus, sebab Aku Tuhan, Allahmu, kudus." Umat Perjanjian Lama diimbau agar sepenuhnya menjadi umatnya Tuhan mereka, yakni Allah yang kudus. Demikian maka Dia akan sungguh menjadi Allah mereka. Yesus mengajarkan sikap beragama yang baru, yakni berani mendekat kepada Tuhan Allah sebagai Bapa yang mengusahakan apa saja yang terbaik bagi yang sedia menerimanya sebagai Allah yang dekat, yang peduli pada kemanusiaan meski tidak selalu jelas. Baru terasa teguh bila diimani. Inilah yang dimaksud dengan menjadi sempurna seperti Bapa sendiri sempurna.

Salam hangat,
A. Gianto

Ditulis oleh Romo Agustinus Gianto, SJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar